Rabu, 02 Februari 2011

CURUG MALELA, Niagara Mini Di Tataran Sunda




Niagara, bila kita sebut kata itu mungkin akan muncul gambaran air terjun nun jauh disana tepatnya Benua Amerika. Tetapi ternyata tidak usah jauh-jauh ke luar negeri , karena di Indonesia tepatnya di Tataran Sunda wilayah Bandung Barat mengalir air terjun semegah Niagara yang bernama air terjun Malela. Pesona Keindahan air terjun ini memang sudah menjadi pembicaraan para pecinta travelling sekarang ini khususnya teman-teman pecinta alam. Itulah yang membuat kami penasaran seperti apa wujud air terjun yang katanya menakjubkan itu.

Air Terjun Malela yang biasa disebut Curug Malela (curug= air terjun dalam bahasa Sunda) terletak di Desa Cicadas, Kecamatan Rongga - Gununghalu Kabupaten Bandung Barat Provinsi Jawa Barat, Indonesia. Curug ini biasanya disebut Niagara Mini karena strukturnya yang mirip Niagara Waterfalls yaitu mempunyai 5 arus air terjun hanya saja ukurannya lebih kecil dari Niagara asli.




Sayang sekali Curug Malela belum sepopuler objek wisata alam lainnya di Bandung seperti Tangkuban Perahu ataupun Kawah Putih. Bahkan masyarakat Bandungpun masih banyak yang tidak tahu keberadaan Curug Malela. Hal ini memang masuk akal karena lokasinya yang terpencil yaitu di lembah hutan-hutan berbukit apalagi medan yang ditempuh memang sulit dijangkau.



MALU BERTANYA SESAT DI JALAN

Walaupun berada di area Bandung, tetapi waktu perjalanan yang harus kami lalui lebih 2 kali lipatnya. Perjalanan dari Jakarta menuju Curug Malela dapat ditempuh sekitar 7 jam, itupun kalau lancar tidak berhenti nyasar kemana-mana..hehe.. Dengan rencana tidak menginap atau kemping seperti kawan-kawan lainnya yang pernah ke Curug Malela, kami berangkat dari Jakarta tepat tengah malam. Harapan kami pada saat mentari surya bersinar sudah sampai ke Desa Cicadas, tempat air terjun indah itu berada. Apalagi menurut informasi yang kami dapatkan, diatas jam 12 siang wilayah desa biasa dituruni hujan dan pastinya akan menambah berat medan yang ditempuh. Rute yang kami lalui adalah tol Padalarang. Setelah keluar pintu tol padalarang kami kami menuju Cimareme - Batu Jajar - Cililin – Sindang Kerta – Gunung Halu menuju Kecamatan Rongga tempat Desa Cicadas berada.
Peribahasa Malu Bertanya Sesat Di Jalan memang berlaku untuk perjalanan ke Curug Malela. Tidak adanya keterangan arah berupa papan petunjuk di jalan utama yang kami lewati untuk mencapai Desa Cicadas-apalagi Curug Malela membuat kami bertanya kepada setiap orang ditemui. Pelajaran yang kami dapatkan dari perjalanan kali ini adalah jangan terlalu mengandalkan GPS sebagai petunjuk arah. GPS memang membantu memberikan arah tetapi namanya alat bantu tentunya tidak mempertimbangkan transportasi yang dipakai mencapai akses. Pengalaman kami pernah tersesat di perbukitan pohon bambu dalam keadaan gelap gulita. Cahaya hanya dari lampu sorot mobil. Parahnya lagi tidak ada penduduk yang bermukim di area tersebut. Kami tersadar salah arah saat di depan kami membentang jembatan tua yang tidak bisa dilalui kendaraan. Hiiiiiiiiiiii.....sereemm!!



SULITNYA MEDAN TEMPUH

Hari mulai pagi dan kita sudah sampai di Desa Cicadas. Bagi para pengendara kendaraan roda empat harus ekstra hati-hati. Apalagi setelah hujan, jalanan dipastikan akan tambah becek yang membuat kendaraan sering ”slip” karena karena jalan merupakan tanah merah, berlubang dan juga beberapa bagian berbatuan besar. Idealnya untuk jenis kendaraan roda empat yang dipergunakan adalah jenis off road. Kalau masih nekat juga memakai minibus apalagi sedan, resiko nyungsruk yaa! Makanya berdoa dan naik turun mobil merupakan ritual kami menikmati sejuknya pagi hari di Desa Cicadas. Berdoa agar tidak nyangkut di lubang jalan berlumpur dan naik turun mobil mobil agar bagian bawah mobil tidak berteriak karena sentuhan longsoran tanah berbatu. Untungnya, saat itu cuaca pagi cerah sekali. Tidak terbayangkan oleh kami jika hujan menyambut di perjalanan kali ini. Pastinya berlipat-lipat doa akan kami panjatkan..

Puluhan Kilo kami tempuh. Petujuk jalan yang menunjukkan keberadaan Curug Malela baru kami temukan saat sudah mencapai desa Cicadas. Itupun hanya sebuah papan kayu kecil yang bertuluskan Malela!. Hati kami sedikit lega berarti sebentar lagi akan sampai ke tempat yang menjadi buah bibir itu. Ketenangan hati berhenti saat beberapa penduduk memberhentikan kendaraan. Baru saja menempuh perjalanan dengan medan sulit dimana butuh keahlian mengemudi di desa Cicadas, kami diarahkan penduduk untuk tidak melanjutkan perjalanan dengan mengendarai mobil. Sarana transportasi yang tidak memadai seperti tidak ada angkutan umum di desa ini dan jalanan hancur membuat kami meneruskan perjalanan dengan mengendarai ojek. Kendaraan dititipkan ke rumah penduduk. Tidak perlu kuatir dengan penduduk karena mereka sangat ramah dan berbaik hati menyediakan rumah mereka untuk dititipkan kendaraan.


Kami membayar Rp.35000 setelah tawar menawar yang cukup alot untuk melanjutkan perjalanan dengan menggunakan ojek. Butuh waktu 45 menit dan jarak kurang lebih 3km yang harus ditempuh dengan ojek menuju tempat pemberhentian terakhir. Setelah itu dilanjutkan dengan berjalan kaki menyusuri bukit menuju Curug Malela. Dengan motor tipe bebek kami melalui medan offroad. Mantabbb!! Jalanan becek dan berlumpur bisa dihindari. Kesigapan tukang ojek berjalan di atas bebatuan dan bertahan agar penumpang tidak terjatuh patut diacungkan jempol. Belum lagi tanjakan berat dan turunan curam mampu dilalui mulus walau jantung kami sebagai penumpang seperti berhenti berdetak. Kehadiran pemandangan berupa perbukitaan bewarna hijau di kanan kiri jalan lumayan menyegarkan penglihatan pagi dan menghibur hati yang deg-degan takut terjatuh dari motor.

TREKKING DI TANAH BECEK GA PAKE OJEK

Sampai juga kami di pemberhentian terakhir. Sebelum Mang ojek meninggalkan kita jangan lupa untuk janjian agar dijemput kembali ya!. Tempat pemberhentian ini ibarat pintu masuk menuju Curug malela dan hanya bisa diakses dengan berjalan kaki (trekking). Untuk masuk lokasi Curug Malela adalah Gratis, tidak dipungut bayaran!. Belum tahu siy jika akhirnya di kelola dengan baik oleh suatu pihak dengan infratruktur memadai dan menunjang bisa saja suatu hari ditarik ongkos restribusi seperti tempat wisata lainnya.Tapi mungkin akan merusak keperawanan air terjun Malela, karena sebenarnya keadaan alami yang ada dan belum terjamah malah merupakan daya tarik curug ini.




Dari tempat kita turun dari ojek, itu kami harus trekking menyusuri jalan setapak dengan struktur tanah becek dan menurun. Hutan pinus kami susuri, dengan hati-hati menyebrangi pematang sawah dan pelan-pelan melewati celah-celah batu yang licin merupakan medan yang harus dilewati. Belum ada setengah dari perjalanan, pemandangan menakjubkan berada di depan kami. Dari Jauh nampak aliran deras bewarna putih turun diantara sela perbukitan hijau menambah indah pemandangan. Jika tidak diingatkan kawan, mata tak ingin berhenti menatap kemegahan air terjun yang ternyata curug malela. Sepertinya rasa lelah dan susahnya medan yang dilalui seperti terbayarkan melihat pemandangan seperti itu. Menyadari bahwa kami belum mencapat tempat tujuan, maka perjalanan dilanjutkan kembali. Hamparan ilalang yang bermahkota embun pagi, suara jangkrik yang mengumpat di sela-sela batang pohon dan kepakan anggun tarian capung menemani perjalanan dalam kesejukan pagi hari.


INDAHNYA CURUG MALELA
Wow..lega sekali saat kami mulai mendengar jelas gemericik air turun, derasnya air yang mengalir dan batu-batuan besar seperti berdendang riang menyambut kami bagai para pendekar medan perang. Terbentang indah dan megah air terjun Malela. Kami bagaikan melihat tirai besar berselimut kapas jatuh ke bawah tanah. Sampai juga kami di depan Curug Malela. Dengan tinggi sekitar 50 meter dan lebar sekitar 70 , curug ini benar-benar seperti Niagara di amerika sana! Kami beruntung sekali karena air terjun yang mengalir deras ke bawah bewarna putih karena jika hujan maka air akan berubah coklat karena membawa material tanah. Kami menuju batu-batuan besar dan lebar yang berada pada aliran tempat jatuhnya air dari atas. Terasa beberapa titik air membasahi kulit dan wajah kami. Segar!! Beningnya air, sejuknya hari dan indahnya pemandangan di sekitar Curug Malela menambah sempurna liburan kami.




Walaupun perjalanan yang kami lalui cukup melelahkan, tetapi terbayar sudah dengan kemegahan dan cantiknya air terjun Malela. Gemuruh derasnya air yang jatuh ke bawah membuat hati tenang dan seperti mendapat energi baru. Yang harus diperhatikan selain hati-hati dengan medan yang dilalui, jangan lupa membawa minuman secukupnya untuk menghilangkan haus karena tidak ada pedagang di sepanjang jalan setapak. Tentunya,jangan buang sampah sembarangan ya!Selamat bermain air di Curug Malela, air terjun perawan yang sesungguhnya.!!(pk)

1 komentar:

  1. deskripsi yg bagus plus gambar2 yg bagus. ditunggu cerita2 berikutnya.. :)

    BalasHapus